Gedung Kesenian Warisan Raffles

Sabtu, 30 Januari 2010




Jembatan Pasar Baru, Jakarta Pusat diabadikan pada 1880

Jembatan Pasar Baru, Jakarta Pusat diabadikan pada 1880. Di samping kanannya tampak Gedung Kesenian yang dibangun pada masa pemerintahan Inggris (1811-1816). Dimasa kolonial bernama shouburg. Jalan raya disebelah kiri Pasar Baru dulu bnernama Schoolweg atawa Jalan Sekolah. Karena pada awal abad ke-20 pemerintah Hindia Belanda mendirikan beberapa sekolah diantaranya Europese Lager School yang diperuntukkan hanya untuk orang-orang Belanda.Tampak jalan-jalan masih diterangi oleh lampu gas. Lampu gas mulai nongol di Batavia dan Meester Cornelis (Jatinegara) pada 1863. Pertama kali menerangi Istana Risjwijk (kini Istana Negara) pada Oktober 1863, satu tahun setelah berdirinya Perusahaan Gas Hindia Belanda di Gang Ketapang (kini Jl KH Zainul Arifin) di sebelah kiri Jl Gajah Mada dari arah Harmoni. Kini menjadi Perum Gas Negara. Gas menggantikan minyak tanah dan lilin untuk penerangan di rumah-rumah, kantor, pusat perdagangan dan perhotelan.Dalam foto terlihat bagaimana asrinya sekitar Pasar Baru dan Lapangan Banteng dengan pohon-pohon asem di kiri kanan jalan. Sementara kendaraan bermotor belum tampak. Juga tidak terdapat para pedagang kaki lima yang kini mendominasi trotoar di sekitar Pasar Baru hingga Lapangan Banteng dan Jl Gunung Sahari.Gedung Kesenian di Pasar Baru semula hanya terbuat dari bambu beratapkan rumbia. Tentara Inggris membangunnya khusus untuk tempat pementasan perkumpulan drama mereka ketika bercokol di Jawa (1811-1816). Para prajurit Inggris sesuai dengan pimpinannya Sir Thomas Raffles, sangat menyukai kesenian. Buktinya, setahun setelah mereka mendarat di Batavia sejumlah perwira bujangan sudah menyalurkan bakat dan minat mereka.Pada malam peresmian Gedung Kesenian dipentaskan drama Othello karya sastrawan terkemuka William Shakespeare. Seperti juga bioskop yang muncul akhir abad ke-19, penonton pria dan wanita dipisah. Pada zaman Jepang (1942-1945), acara-acara di Gedung Kesenian diisi seniman muda seperti Usmar Ismail, Rosihan Anwar, H.B. Yassin, Soeryo Soemanto, D. Djayakjuysumah, Kusbini dan Cornel Simanjuntak.Pada 29 Agustus 1945 di gedung ini berlangsung sidang pertama Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) semacam parlemen sekarang. Dihadiri Presiden Soekarno, Wakil Presiden Mohamad Hatta dan Ketua KNIP Kasman Singodimedjo dari Partai Masyumi. Seorang turis Eropa yang datang ke Batavia setelah peresmian menilai gedung kesenian ini tidak kalah menariknya dari gedung kesenian serupa di Eropa.

Sumber :

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © Situs Betawi