Bahasa Betawi-Melayu Jakarta

Sabtu, 07 November 2009


Orang Jakarta asli menyebut dirinya orang betawi,atau Melayu Betawi,atau orang Selam (baru setelah kemerdekaan tercapai,nama mereka lebih dikenal dengan sebutan orang Jakarta).Bahasa yang digunakan disebutnya bahasa Melayu,atau bahasa Melayu Betawi (juga baru setelah kemerdekaan,namanya lebih dikenal dengan sebutan bahasa Jakarta).Sedangkan bahasa yang digunakan di pinggir Jakarta,di daerah yang berbatasan dengan bahasa Sunda,disebutnya dengan nama bahasa Betawi Ora'.

Tentang bahasa Melayu (bahasa Indonesia)yang digunakan dan diajarkan di sekolah-sekolah, disebutnya dengan nama bahasa Melayu Tinggi.Disebut demikian,karena bahasa itu tidak dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kalangan masyarakat biasa ,tapi hanya dipakai oleh kalangan terpelajar,dan orang-orang terpandang,atau untuk pembicaraan yang sifatnya resmi.Jika orang Jakarta di ajak berbicara oleh orang yang bukan Jakarta,atau pembicaraan yang sifatnya formil,misalnya berbicara dengan dokter,dengan lurah,dengan polisi,atau dalam upacara peminangan dan pernikahan,maka dia akan berusaha memakai bahasa "Melayu Tinggi"nya,walaupun seringkali hal itu tidak mudah baginya.
Bahasa Melayu Jakarta tidak jauh bedanya dengan bahasa Indonesia.Anak Jakarta"totok"dapat mengerti dengan baik pembicaraan seseorang dari daerah lain dalam bahasa Indonesia.Sebaliknya seseorang dari daerah lain yang baru datang di Jakarta,agak sukar menangkap pembicaraan seorang anak Jakarta "totok".Hal ini terjadi bukanlah karena sebab-sebab yang besar,melainkan hanya karena perbedaan ucapan.Dalam bahasa Melayu Jakarta semua bunyi / a / atau / ah / pada akhir kata diucapkan menjadi / è /.Fonem / a  /pada suku akhir tertutup banyak pula yang menjadi / e / , misalnya : malam>malem,padat>padet,atap>atep,kerap>kerep ;sedangkan kata alam,malang,nakal,dan pasar , tetap menjadi kata: alam,malang,nakal,dan pasar.


Latar Belakang Kemasyarakatan.
Orang Jakarta asli boleh dikatakan seratus persen beragama Islam.Oleh karena itu bahasa Arab merupakan bahasa asing pertama yang banyak mempengaruhi bahasa mereka.Dalam hal ini dapat dicatat.


  1. Banyak kata-kata dalam bahasa Arab yang digunakan sehari-hari,dengan lafal yang “diJakartakan”.Misalnya: anè (Arab:ana)’saya’,énté (Arab:anta) ‘kamu’,jekat (Arab:zakat),gahwa ‘kopi’,sahi ‘teh’,padol ‘silahkan’,apdol ‘lebih baik’,dan sebagainya.Malah kata atau ucapan bismillah,dan alhamdulillah,banyak yang mengucapkan jadi bismilè,dan alhamdulilè.
  2. Kalangan ahli agama,para santri dan sebagainya biasanya akan mengucapkan kata-kata yang berasal dari bahasa Arab sesuai dengan  lafal bahasa Arabnya.Malah banyak pula di antara mereka yang berlebih-lebihan,dengan melafalkan semua kata seperti dalam dialek Arab.
Selain orang Jakarta asli di Jakarta menumpuk pula sejak dulu orang-orang dari berbagai daerah,maupun orang asing (terutama keturunan Arab dan keturunan Tionghoa/Cina).Penduduk bukan asli ini juga banyak yang sudah tidak tahu lagi bahasa leluhurnya, lalu mereka menggunakan bahasa melayu Jakarta.Tetapi dalam hal ini perlu di catat. 
  1. Penduduk pendatang itu banyak yang berbicara atau berbahasa Melayu Jakarta dengat logat mereka sendiri.Maka akan kita dengar ucapan seperti pengucapan logat keturunan Tionghoa seperti ini “hayya ngai mau ke Manggalai dulu,nanti putel-putel balu balik ke pasal balu”, atau pengucapan logat keturunan Arab seperti ini “ana mau fergi ke Manggarai dulu,lalu futar-futar dulu,baru balik ke fasar baru”.
  2. Bahasa Melayu Jakarta yang dipakai oleh kalangan masyarakat keturunan Tionghoa (Cina),akan banyak bercampur dengan kata-kata dari perbendaharaan bahasa Tionghoa.Misalnya : cingcai, ngai, owèh, engkoh, gotun, ceban, encim, bè’sai, dan sebagainya.Sebaliknya kelompok masyarakat keturunan Arab , akan banyak memasukkan kata-kata dari bahasa Arab.Misalnya : walid, jiddi, jiddah, ummi, na’am, labaik, dan sebagainya.
  3. Banyak orang Jakarta asli yang secara tidak sadar (karena sudah terbiasa),bila berbicara di kalangan keturunan Tionghoa,akan ikut-ikutan menggunakan kata-kata yang khas Tionghoa.Sebaliknya dalam pembicaraan dikalangan masyarakat keturunan Arab, dia akan menggunakan kata-kata yang khas bahasa Arab.
Lokasi
Orang Jakarta atau orang yang menggunakan bahasa Melayu Jakarta mendiami wilayah dari perbatasan Cikarang dengan Tambun di sebelah timur, sampai ke Tanggerang di sebelah barat;dari tepi laut sebelah utara, sampai ke perbatasan Depok di sebelah selatan.Jadi wilayah yang didiami lebih luas dari wilayah Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya ( DKI ) saat ini.
Kepulauan Seribu termasuk juga wilayah Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta ( DKI ).Wilayah kepulauan ini luas sekali, dan terdiri dari banyak pulau besar dan kecil.Di beberapa pulau di gunakan bahasa Melayu juga ,tetapi pada pulau-pulau lain di gunakan bahasa lain, yang merupakan bahasa campuran dari bahasa melayu,Jawa,Bugis, dan sebagainya.


Sub Dialek (Logat).
Di samping adanya variasi bahasa berkenaan dengan latar belakang asal keturunan yang berbeda,maka bahasa Melayu Jakarta secara regional dapat pula dibagi menjadi beberapa sub-dialek (logat),yang satu dengan yang lainnya agak berbeda ucapannya.Orang Jakarta sendiri menyebut perbedaan ucapan berkenaan dengan perbedaan letak geografis itu dengan istilah logat.
Diantara sekian banyak sub-dialek (logat) yang ada, antara lain sub-dialek.


  1. Mester, di daerah Jatinegara, Kampung Melayu, dan daerah sekita
  2. Tanah Abang, di daerah Tanah Abang, Petamburan, dan daerah sekitarnya.
  3. Karet, di daerah Karet, Senayan, Kuningan, Menteng, dan daerah sekitarnya.
  4. Kebayoran, di daerah Kebayoran Lama, Psar Rebo, Bekasi, dan daerah pinggiran Jakarta lainya. 


Perbedaan ucapan antara keempat sub-dialek itu, antara lain sebagai berikut :


Bahasa Indonesia
Sub-Dialek ( Logat )
Mester
Tanah Abang
Karet
Kebayoran
rumah
rumè
rume
ruma
rumah
bawah
bawè
bawe
bawa
bawah
susah
susè
suse
susa
susah
patah
patè
pate
pata
patah
bawa
bawè
bawe
bawè
Bawa’
lama
lamè
lame
lamè
Lama’
dua
duè
due
duè
Dua’
saya
sayè
saye
sayè
sayah
sepeda
sepèdè
sepède
sepèdè
sepèdah
dia
diè
die
diè
diah
apa
apè
ape
apè
apah
Sate / satai
saté
saté
saté
saté
rantai
ranté
ranté
ranté
ranté
ramai
ramè
ramè
ramè
ramè
boleh
bolè
bolé/boolé
bolé/boolé
Boleh/bolèh
bunuh
bunu
bunu
bunu
bunuh
minggu
minggu
minggu
minggù
minggù
baru
baru
baru
barù
barù
tebal
tebel
tebel
tebel
tebel
dapat
dapet
dapet
dapet
dapet


Pemakai logat yang satu tidak akan mengalami kesulitan untuk berbicara dengan pemakai logat lainnya.Pembicaraan akan dapat berlangsung dengan baik, walaupun orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan itu masing-masing menggunakan bahasa menurut logatnya masing-masing.Memang akibat perbedaan logat ini ada juga menyebabkan kesalah pahaman, misalnya kata Indonesia “tapai, tape”, di ucapkan oleh orang Kebayoran Lama “tapè’” , padahal tapè menurut logat Karet berarti bertapa atau samadi.Kata “ nggadè’” dari logat Kebayoran berarti menggadaikan, tapi menurut logat Karet berarti tidak ada.Tetapi jumlah yang berbeda sepertin ini tidak banyak jumlahnya.Masyarakat Jakarta sendiri tidak mempunyai anggapan atau pendapat, bahwa sub-dialek (logat) yang satu dengan yang lainnya lebih baik dari pada sub-dialek yang lainnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © Situs Betawi