Dari Prinsen Straat ke Prinsen Park

Sabtu, 13 Februari 2010


Prinsen Straat (sekarang Jalan Cengkeh) di tahun 1860-an dengan Gerbang Amsterdam di kejauhan.

PERNAH dengar nama Prinsen Park? Kini namanya menjadi Lokasari, Mangga Besar, Jakarta Barat. Prinsen Park tak ada hubungan dengan Prinsen Straat. Itu juga jika Anda sekalian pernah dengar ada nama jalan tersebut. Prinsen Straat, Prince Street, kini menjadi Jalan Cengkeh, Jakarta Barat. Jalan Cengkeh berada di lingkaran utama kawasan Kota Tua Jakarta.Dari Prinsen Straat, akan terlihat Amsterdam Poort (Amsterdam Gate) di kejauhan. Di tahun 1867, fotografer  Jacobus Anthonie Meesen mengabadikan Prinsen Straat dengan Gerbang Amsterdam di kejauhan. Ia mengambil gambar dari titik pertemuan Prinsen Straat, Pasar Pisang, dan Leeuwinnen Straat (kini Jalan Cengkeh, Jalan Kalibesar Timur 3, dan Jalan Kunir). 


Posisi Gerbang Amsterdam berhadap-hadapan dengan stadhuis atau balai kota yang kini menjadi Museum Sejarah Jakarta (MSJ).Pendatang dari Eropa yang mengunjungi Batavia melalui laut sebelum 1885 –  ketika Tanjungpriok selesai dibangun – akan berlabuh di pelabuhan Sunda Kelapa dan melintas di sepanjang sisi selatan Prinsen Straat. Mereka akan terus melaju ke arah selatan menuju Weltevreden. Di tahun 1860-an jalan ini merupakan salah satu jalanan sibuk dengan kegiatan bisnis dan perdagangan, khususnya di siang hari. Di malam hari kawasan ini sepi karena para pekerja yang kebanyakan orang Eropa memilih tinggal di “kota atas”, Weltevreden.Hingga abad 20, kawasan Prinsen Straat atau Jalan Cengkeh berisi berbagai kantor, gudang, dan bangunan bisnis milik bangsa Eropa.Gerbang Amsterdam, demikian ditulis Scott Merrllees dalam Batavia in The Nineteenth Century Photograhps, merupakan satu-satunya peninggalan dari Kastil Batavia yang dihancurkan  Daendels pada sekitar 1808-1809. Gerbang itu merupakan pintu masuk Kastil Batavia sisi selatan dan terletak di sisi utara dari stadhuis. Amsterdam Poort pertama kali dibangun pada abad 17. Sampai abad 19, gerbang ini terus mengalami perubahan. Misalnya, di zaman Gubernur Jenderal GW Baron van Imhoff yang berkuasa pada 1743-1750, gerbang itu berganti gaya menjadi Rococo.

Di abad 18 itu juga, sayap gerbang berbentuk melengkung yang dihubungkan dengan bangunan yang membentuk bagian benteng. Ketika Daendels menghancurkan kastil, hanya gerbang ini yang selamat. Pada 1840-an gerbang itu dibangun kembali dengan patung Mars dan Minerva yang dipasang di sisi kiri dan kanan gerbang bagaikan sepasang penjaga. Lain kisah dengan Prinsen Park yang adalah tempat hiburan beken pada masanya. Di lokasi yang kurang lebih seperti pasar mala mini, ada bioskop, restoran, tempat nonton komedi stamboel, dll.Sayangnya kemudian Prinsen Park dilebur menjadi kawasan Lokasari yang meskipun ingin mencoba mirip dengan Prinsen Park, tetap saja yang muncul adalah kesan hiburan “remang-remang”. Kumpulan kuliner di sana bisa dibilang oke tapi tempat hiburannya, apalagi di malam hari, sudah tak lagi bisa menampung anak-anak atau orang dewasa yang ingin menonton kesenian. Kesenian dalam arti yang sebenarnya, tentu saja. Bagaimanapun, tempat-tempat tadi layak jadi alternatif jalan-jalan murah di akhir pekan ini. Berharap saja udara sedikit bersahabat.


Sumber : 
Pradaningrum Mijarto
http://www1.kompas.com/readkotatua/xml/2010/01/23/14254437/dari.prinsen.straat.ke.prinsen.park.#

0 komentar:

Posting Komentar

 
 
 
 
Copyright © Situs Betawi